Jumat, 05 Desember 2014

TUGAS 1 MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (SEMESTER III)


Mencari contoh jenis-jenis morfofonemik dalam surat kabar atau novel.
Sumber: Novel “Sweet Seventeen”
Karya :Trivana Desyara

No
Bentuk-bentuk Morfofonemik
Contohnya
1.
Penambahan fonem
Ber+ pakai+an Berpakaian
Me-+ punya +i Mempunyai
Me-+ sayang + iMenyayangi
Me-+ tinggal+kan Meninggalkan
Me-+ angguk Menggangguk
Ber-+cucur+an Bercucuran
Me-+ dengar Mendengar
Per-+nyata +an Pernyataan
Me-+ cariMencari
Me-+temu+iMenemui
Me-+kuasa+iMenguasai
Me-+beranikan +kanMemberanikan
Me-+ bawa +kanMembawakan
read more “TUGAS 1 MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (SEMESTER III) ”

Jumat, 02 Mei 2014

TUGAS IV FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR

POIN 1
Contoh kasus yang berhubungan dengan ketidaklancaran dalam berujar yang terkait dengan fonetik:

1. Kegagapan

    Contoh kasusnya ialah pada figur Aziz gagap, yaitu seorang artis yang berperan sebagai seseorang yang memiliki ketidaklancaraan berujar dikarenakan kegagapan atau lebih spesifiknya lagi pada ciri-ciri kegagapan yaitu pada pengulangan. Sebab, si Aziz gagap ini menyebutkan dalam suatu percakapan baik dalam suku kata, kata, frase, atau kalimat dengan keadaan mengulang secara berturut-turut bunyi-bunyi tertentu. Misalnya: Aku sayang kamu  diucapkan A-a-aku s-s-sa-yang k-k-ka-kamu.
2. Kelumpuhan Saraf Otak
      Contoh kasusnya ialah pada seseorang yang terganggu saraf otak yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. Sebagai contoh seorang anak yang memiliki penyakit sesak napas tentunya akan menganggu proses penghasilan ujaran. Ketidaklancaran ini berkaitan dengan keadaan pernapasan yang tidak normal yang berdampak pada aliran udara yang diperlukan saat menghasilkan bunyi bahasa, kenyaringan dan kejelasan suara, dan kemampuan gerakan artikulator-artikulator pertuturan. (sumber: Muslich, Masnur. 2011. Fonologi Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara) 
3. Afasia

    Afasia merupakan sejenis penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf otak, dengan itu akan melumpuhkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi. Masalah afasia adalah berbeda dengan disleksia. Tanda penting pengidap afasia adalah kesulitan berkomunikasi secara suara, kesulitan memahami percakapan orang lain, dan kesulitan untuk membaca dan menulis. Afasia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pusat bahasa otak dan bisa disebabkan oleh stroke atau cedera fisik. (sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/2281555-pengertian-afasia/)
      Contoh kasusnya pada seseorang yang mengalami Afasia Broca akibat dari penyakit setroke yang dideritanya, hal itu akibat adanya penyumbatan pembuluh darah dan mengenai daerah broca. Pada saat mengalami Afasia Broca pasca stroke, pasien mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Padahal sebelum mengalami stroke pasien adalah seorang guru disebuah dasar yang setiap harinya dituntut untuk selalu berbicara didepan murid-muridnya. Selain sebagai guru pasien juga sering menjadi master of ceremony di daerah sekitarnya. Jadi pasien mengalami kesulitan untuk melakukan semua kegiatan yang sering dijalaninya tersebut. (sumber: http://mario-setira.blogspot.com/2008/08/paper-apa-kasus-afasia-broca.html)
4. Disleksia

      Contoh kasusnya ialah pada seorang anak usia enam tahun, anggap saja si A. Si A ini memiliki sikap dan cara berpikir yang berbeda. Si A ini memiliki sikap pelupa, tidak suka membaca, sulit mengeja, bahkan mengalami kesulitan saat memahami apa yang telah ia baca.  Ternyata menurut guru yang mengamati sikap ini si A ini sulit untuk menghafal abjad, nama hari secara berurut, bahkan penulisan abjad tidak sesuai dengan pembentukkan yang selayaknya terkadang si A menulis  huruf d sebagai huruf b, menulis huruf q sebagai huruf p atau si A sering menulisnya terbalik. Ini mengakibatkan si A tidak lancar dalam membaca, menurut si A ketika ia membuka buku dan melihat huruf yang ada di dalamnya campur-aduk, sehingga kata-kata yang ia lihat tidak jelas.Kasus inilah yang disebut dileksia. Dileksia itu sendiri adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. (sumber: http://felinophobia.blogspot.com/2009/09/analisis-kasus-disleksia-reading.html)

POIN 2
Bahasa Indonesia berkerabat dengan bahasa-bahasa apa saja?
ASAL USUL AUSTRONESIA
     Para penutur bahasa Austronesia proto atau purba dijangka berasal dari daerah yang sekarang disebut China bahagian selatan. Mereka sekitar 4000 tahun yang lalu bermigrasi ke pulau Taiwan dan dari sana lalu menyebar ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagascar dekat benua Afrika dan ke seluruh lautan Pasifik.Bahasa Ma’anyan yang merupakan sebuah bahasa Dayak dan dipertuturkan di Borneo adalah bahasa yang paling dekat dengan bahasa Malagasi yang dipertuturkan di Madagascar, berdekatan dengan persisiran pantai timur Afrika.
KLASIFIKASI

    Secara lazimnya, rumpun bahasa Austronesia dibahagi kepada beberapa kelompok. Dua kelompok utama ialah bahasa Taiwan dan bahasa Melayu-Polinesia. Kemudian rumpun bahasa Melayu-Polinesia dibahagi pula menjadi bahasa-bahasa Melayu-Polinesia Barat, Tengah dan Timur.Di bawah adalah salasilah pembahagian rumpun bahasa ini secara terperinci.
Austronesia

  • Taiwanik
  • bahasa Atayalik
  • bahasa Tsouik
  • bahasa Paiwanik
  • bahasa Taiwanik Barat
  • bahasa Taiwanik yang terpengaruh bahasa China
  • bahasa Melayu-Polinesia
  • bahasa Melayu-Polinesia Barat
  • bahasa Borneo
  • bahasa Filipina Utara
  • bahasa Filipina Tengah
  • bahasa Filipina Selatan
  • bahasa Mindanao Selatan
  • bahasa Sama-Bajau
  • bahasa Sulawesi
  • bahasa Sundik
  • bahasa Melayu-Polinesia Tengah
  • bahasa Bima-Sumba
  • bahasa Maluku Tengah
  • bahasa Maluku Tenggara
  • bahasa Timor-Flores
  • bahasa Melayu-Polinesia Timur
  • bahasa Oseania
  • bahasa Halmahera Selatan-Papua Barat-Laut
    Salah satu cabang terpenting adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: bahasa Jawabahasa Melayu (dan bahasa Indonesia), bahasa Sundabahasa Madurabahasa Acehbahasa Batak dan bahasa Bali. (sumber: http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa-bahasa_Austronesia)

Sumber : http://lismanopiyanti.blogspot.com/2014/03/tugas-iv-fonologi-bahasa-indonesia-fkip.html#more
read more “TUGAS IV FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR ”

TUGAS V FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR

 Bunyi-bunyi Pengiring beserta contohnya :
 
1.Bunyi ejektif,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan,sehingga ketika glotis dibuka terdengar bunyi global[V].
 
2.Bunyi klik,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara lidah belakng menempel rapat pada velum sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan,sehingga ketika penempelan pada velum dilepas terdengar bunyi [Kk]

3.Bunyi aspriasi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara yang keluar lewat mulut terlalu keras sehingga terdengar bunyi[Kh].
   Contoh: bunyi [p] pada awal kata bahasa inggris trdengar sebagai bunyi [ph], sehingga ucapnnya menjadi [pheis].

4.Bunyi eksplosif(bunyi lepas),yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara dilepaskan kembali setelah dihambat total.lawannya adalah bunyi implosif(bunyi tak lepas)

5.Bunyi retrofleksi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara ujung lidah ditarik ke belakang[Kr].
   Contoh: bunyi [k] pada kata terdengar sebagai bunyi [kr], sehingga ucapannya menjadi [kretas]. Jadi, bunyi [k] telah diretrofleksi.

6.Bunyi labialisasi,yaitu bunyi sertaan yang di hasilkan dengan cara kedua bibir dibulatkan dan disempitkan segera/ketika bunyi utama diucapkan.
   Contoh: bunyi [t] pada kata terdengar sebagai bunyi [tw] sehingga lafalnya [twjuan]. Jadi, bunyi [t] dikatakan dilabialisasi.

7. Bunyi palatalisasi,yaitu sertaan yang dihasilkan dengan cara lidah tengah dinaikkan mendekati langit-langit keras(palatum) segera/ketika diucapkan sehingga terdengar bunyi[Ky].
   Contoh: bunyi [p] pada kata terdengar sebagai bunyi [py] sehingga ucapannya menjadi [pyara]. Jadi, bunyi [p] telah diplatisasi.

8.Bunyi glotalisasi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi[?].
  Contoh: bunyi [a] pada kata terdengar sebagai bunyi [a?], sehingga ucapannya menjadi [a?kan].
 
9.Bunyi nasalisasi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara memberikan kesempatan arus udara melalui rongga hidung sebelum atau sesaat artikulasi bunyi utama, sehingga terdengar bunyi sertaan [m].
   Contoh: Hal ini biasa terjadi pada konsonan hambat bersuara, yaitu [b], [d], dan [g], sehingga menjadi [mb] [nd] [kg].
 
 
 
read more “TUGAS V FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR”

Sabtu, 22 Februari 2014

TUGAS FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR

Memahmi Tiga Istilah Langage, Langue dan La Parole
Langage adalah sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal diantara sesama pemakai bahasa. Langage ini bersifat abstrak. [6] dan juga bersifat universal [7], sebab langage adalah satu sistem lambang bunyi yang digunakan manusia pada umumnya, bukan manusia pada suatu tempat atau masa tertentu. Dalam bahasa Indonesia langage bisa dipadankan dengan kata bahasa seperti terdapat dalam kalimatmanusia mempunyai bahasa, binatang tidak. Jadi, penggunaan istilah bahasa dalam kalimat tersebut, sebagai padanan kata langage, tidak mengacu pada salah satu bahasa tertentu, melainkan mengacu pada bahasa umumnya sebagai sarana komunikasi manusia.

Istilah kedua dari konsep de Saussure [8]tentang bahasa adalah langue, [9] langue adalah sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Langue mengacu pada satu sistem lambang bunyi tertentu yang jika dipadankan dengan bahasa dalam bentuk kalimat “Joni belajar bahasa Arab, sementara Taufik belajar bahasa Sunda”. Sebagaimana langage, langue juga punya pola, keteraturan, atau kaidah-kaidah yang dimiliki manusia, akan tetapi kaidah-kaidah itu bersifat abstrak alias tidak nyata-nyata digunakan.

Jika istilah langage dan langue bersifat abstrak, maka istilah yang ketiga dari konsep Saussure tentang bahasa yaitu Parole itu bersifat konkret. Karena parole itu merupakan pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran/tuturan yang dilakukan oleh anggota masyarakat di dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan bahasa dalam kalimat “ Kalau Kiayi Abd Wafi pidato, bahasanya penuh dengan kata demikian”. Jadi parole itu bersifat nyata, dan dapat diamati secara empiris. 
read more “TUGAS FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR”

Sabtu, 15 Februari 2014

TUGAS III FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR (POIN 1)

LINGUISTIK TERAPAN

A. Linguistik Antar Disiplin
      Linguistik merupakan suatu disiplin ilmu.Linguistik merupakan ilmu,otonom. Menurut Koentjaraningrat (1977), linguistik termasuk ilmu-ilmu sosial dasar. Sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, tentu mempunyai subdisiplinya. Di bawah ini akan di bicarakan subdisiplin linguistik itu secara garis besarnya. Untuk itu kita dapat melihatnya dari segi :
A.    Linguistik di lihat dari pembidanganya, di lihat dari segi pembidanganya, maka linguistik      dapat dibagi atas :
·         Linguistik umum
      Linguistik umum memberikan gambaran umum tentang suatu bahasa sehingga menghasilkan teori bahasa yang bersangkutan. Pada linguistik umum diberikan ciri umum bahasa manusia, diuraikan secara sederhana, umum, tepat dan objektif.
Linguistik umum memberikan informasi umum mengenai teori prosedur kerja dan paham-paham yang berkembang dalam linguistik.
·         Linguistik Terapan
      Ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan dapat juga dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-peroalan praktis yang banyak sangkut pautnya dengan bahasa. Jadi, linguistik hanya dipakai sebagai alat. Misalnya, dalam pengajaran bahasa, linguistik dapat di manfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak akan lebih meningkat.
·         Linguistik Teoritis
      Linguistik teoritis mengutamkan penelitian bahasa dari segi internal. Jadi, meneropong bahasa bahasa dari kegiatan-kegiatan yang di jumpai  dalam bahasa.
Istilah linguistik teoristik hendaknya anda bedakan dengan istilah teori linguistik.
·         Sejarah linguistik
      Dengan sejarah linguistik dimaksudkan sebagai uraian kronologis tentang perkembanagan linguistik dari masa ke masa, dari periode ke periode dengan sejarah itu para ahli dapat mengetahui dan dapat membandingkan periode dengan periode yang lain.
B.     Linguitik dilihat dari segi sifat telaahnya, dari segi sifat telaahnya linguistik dapat di bagi atas:
·         Linguistik Mikro
      Dengan linguistik mikro dimaksudkan sebagai linguistik yang sifat telaahnya lebih sempit. Artinya bersifat internal. Hanya melihat bahasa sebagai bahasa. Meneropong kegiatan-kegiatan yang kita jumpai dalam bahasa saja.
·         Linguistik Makro
      Bersifat luas. Sifat telaahnya eksternal. Meneropong kegiatan bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya pada bidang ekonomi, sejarah.
C.     Linguistik dilihat dari segi pendekatan objeknya,telah diketahui bahwa objek linguistik adalah bahasa. Bahasa dapat dilihat secara :
·         Deskriptif
      Melihat bahasa apa adanya. Bahasa yang hidup sekarang, bahasa ketika peneliti sedang mengadakan kegiatan penelitian dan analisis.
·         Historis komparatif
      Membandingkan dua bahasa atau lebih pada periode yang berbeda.
·         Kontrastif
      Membatasi diri pada perbandingan bahasa-bahasa pada periode tertentu atau sezaman.
·         Sinkronis
      Bahasa pada masa tertentu
·         Diakronis
      Ingin mempersoalkan, menguraikan atau menyelidiki perkembangan bahasa  dari masa ke masa
D.    Linguistik dilihat dari segi ilmu lain, bawahan linguistik dapat pula kita lihat dari ilmu-ilmu lain yang tidak sekerabat. Kita dapat melihat linguistik dari psikologis, antropologi, sosiologi dan sebagainya yang menghasilkan nama tersendiri dalam bidang linguistik.
·         Dari Segi Psikologis
      Seorang linguis dapat memanfaatkan psikologi untuk menganalisis perolehan bahasa. Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa akibat latar belakang kejiwaan penutur bahasa.
·         Dari Segi Sosiologi
      Seorang linguis dapat memanfaatkan sosiologi untuk menganalisis bahasa yang ia temukan dengan sosio linguistik, kita terpanggil untuk mempelajari dan menyelesaikan konflik bahasa dan perencanaan bahasa di daerah tertentu.
·         Dari Segi Antropologi
      Antropolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.
·         Dari Segi Aljabar
      Dengan linguistik aljabar dimaksudkan ilmu yang berhubungan dengan sistem-sistem formal yang dapat dipergunakan oleh linguis.
E.     Linguistik dilihat dari segi penerapanya, dibagi menjadi tiga unsur yaitu :
·         Dialektologi
      Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan geografi, tetapi hendaknya kita ingat bahwa dialektologi tidak sama dengan studi tentang dialek. Dialektologi mempelajari serta membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari titik persamaan dan titik perbedaanya.
·         Leksikologi
      Dengan leksikologi orang ingin mengetahui munculnya suatu kata pada suatu bahasa, perubahan makna dan bagaimana cara memakai kata-kata itu dalam kehidupan sehari-hari.
·               Leksikostatik
       Leksikostatik adalah ilmu yang mempelajari umur kata sejak mula adanya. Ilmu ini cukup memusingkan kepala karena mempergunakan rumus-rumus statistik. Leksikostatik dapat dimanfaatkan untuk menentukan bahasa induk atau bahasa proto.Linguistik Dilihat dari teori atau aliran yang mendasarinya, Pembagian linguistik atau subdisiplinya dapat pula kita lihat dari sudut teori atau aliran yang mendasarinya. Dalam dunia linguistik, terdapat dua teori yang kemudian berkembang namanya menjadi aliran linguistik yaitu struktur dan transformasi. Dari kedua aliran ini terdapat pula linguistik struktural dan linguistik transformasi.
B. Pengertian Linguistik Terapan
         Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti bahasa. Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda, “linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Linguistik menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa. Sedangkan kata terapan artinya memakai atau menggunakan. Jadi bisa di simpulkan bahwa linguistik terapan adalah pemanfaatan pengetahuan tentang alamiah bahasa yang dihasilkan oleh peneliti bahasa yang dipergunakan untuk meningkatkan keberhasilan tugas-tugas praktis yang menggunakan bahasa sebagai komponen inti.
C. Sejarah Linguistik Terapan
      Di Britania Raya, sekolah pertama linguistik diterapkan diperkirakan telah dibuka di tahun 1957 di Universitas Edinburgh dengan Ian Catford sebagai Kepala. Di Amerika Serikat,
      Sejarah Linguistik Terapan di Indonesia, hingga saat ini studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif.
      Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).
Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.
D. Objek Kajian Linguistik Terapan
      Objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia, bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut denganan ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
      Ferdinand De Saussure (1857-1913) seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai bapak linguistik modern menegaskan bahwa objek linguistik mencakup langage, langue dan parole. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah bahasa pada umumnya, seperti dalam ungkapan “manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa”. Langue (Inggris; language) berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia dan lain-lain. Sedangkan parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan atau tuturan.
      Sebenarnya kata Language dalam bahasa Inggris meliputi baik langage maupun langue dalam bahasa Perancis. Namun demikian, parole merupakan objek kongkrit linguistik, langue merupakan objek yang sudah lebih abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak.Sebenarnya ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan linguistik terapan sebagai objek kajiannya, antara lain:
1)Linguistik terapan atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini bahasa digunakan dalam arti harfiyah. Inilah yang disebut pure linguistik atau linguistik murni.
2)Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh atau kial atau language, seperti anggukan kepala, isyarat tangan dan lain-lain. Paralinguistik adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas-aktifitas tertentu yang mengiringi pengucapan bahasa, seperti desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk kecil, bentuk-bentuk tegun seperti ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain sebagainya.
3) Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode linguistik dan lain-lain.
4)Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke dua puluh dan lain-lain.
   Cabang linguistik yang mempelajari aspek bunyi bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi. Tataran frase atau kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna bahasa dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik.
   Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.Istilah bahasa memang sering disalah fahami oleh orang. Sebagian orang menganggap bahasa mencakup semua sarana yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi seperti tulisan, isyarat, gerakan tangan dan bibir yang digunakan oleh kelompok orang tuli dan bisu dan lain-lain. Oleh karena itu perlu ada definisi yang jelas mengenai bahasa yang menjadi objek kajian linguistik. Dalam ilmu linguistik bahasa juga diartikan sebagai alat komunikasi yang dengannya pesan dapat tersampaikan. Namun demikian, ada perbedaan antara bahasa dengan alat komunikasi yang lain berkaitan dengan medianya. Sebagai contoh, dalam tulisan, medianya adalah simbol-simbol tertulis, dalam isyarat medianya adalah gerakan tubuh. Sedangkan dalam bahasa, media yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bunyi-bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat organ manusia.
      Dalam perspektif ilmu linguistik, sistim atau alat komunikasi lain yang tidak menggunakan bunyi ujaran sebagai medianya tidak termasuk bidang kajian linguistik. Dari sini jelaslah bahwa objek kajian linguistik adalah sistim bunyi yang terartikulasi dan digunakan oleh manusia dalam komunikasi antar mereka.
      Linguistik terapan menggunakan metode ilmiah seperti metode induktif dan deduktif dalam meneliti bahasa. Metode induktif digunakan dalam menyusun generalisasi dari hasil penelitian yang diambil dari observasi-observasi yang mendalam. Sedangkan metode deduktif digunakan pada saat seorang linguis ingin menguji validitas atas teori atau hukum yang telah mapan sebelum ia melakukan penelitian.
    Ciri ilmu yang terakhir adalah bahwa ilmu itu tidak bersifat statis tetapi dinamis. Kedinamisan linguistik ditandai dengan keterbukaannya terhadap perubahan terutama jika ada data tambahan atau penemuan baru yang menolak teori-teori sebelumnya. Linguistik adalah ilmu yang selalu tumbuh dan berkembang serta senantiasa memperhatikan temuan-temuan baru. Ini berarti mereka yang menyebut dirinya seorang linguis harus bersikap terbuka dan senantiasa menerima kebenaran-kebenaran baru dari hasil penelitian kebahasaan yang ada. Ketika seorang linguis meneliti bahasa dan membuat kesimpulan atas penelitiannya, ia tidak boleh menganggap kesimpulannya sebagai kebenaran final. Apa yang benar pada saat tertentu belum tentu dianggap benar pada saat yang lain akibat adanya bukti atau data yang baru yang menggugurkannya.
      Dengan demikian pencarian kebenaran ilmiah merupakan suatu proses yang tidak akan pernah berhenti, dan inilah kekuatan sebuah ilmu yang akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan.
  E. Hubungan Linguistik Terapan dengan Pembelajaran Bahasa
      Mengenai kaitan linguistik terapan dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa. Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan sebaik-baiknya.
      Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian. 
    Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa.


Sumber : http://linguistiikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.blogspot.com/2013/05/linguistik-terapan.html
read more “TUGAS III FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR (POIN 1)”